Kalimah
Fi’il, bila dilihat dari segi zaman yang ditunjukkan, terbagi menjadi tiga,
yaitu:
a. Fi’il Madli, yaitu kalimah fi’il yang menunjukkan pada maknanya
dirinya sendiri dengan dibarengi zaman yang telah lalu, seperti (جَاءَ), “Dia telah datang.” Tanda dari
fi’il madli adalah bisa menerima ta’ ta’nits sakinah, seperti (كَتَبَتْ), atau ta’ dlamir,[1]
seperti (كَتَبْتَ),
(كَتَبْتِ),
(كَتَبْتُماَ),
(كَتَبْتُمْ),
(كَتَبْتُنَّ),
dan (كَتَبْتُ).
b. Fi’il Mudlari’, yaitu kalimah fi’il yang menunjukkan pada maknanya
dirinya sendiri dengan disertai zaman yang mungkin untuk zaman sekarang dan
zaman yang akan datang, seperti (يَجِيئُ), “Dia akan/sedang datang.” Tanda
dari fi’il mudlari’ adalah bisa menerima siin,[2]
seperti (سَيَقُولُ),
atau (سَوفَ), seperti (سَوفَ نَجِيئُ), atau (لَمْ), seperti (لَمْ اَكْسُلْ), atau (لَنْ), seperti (لَنْ اَتَأَخَّرَ).
c. Fi’il Amar, yaitu kalimah fi’il yang menunjukkan pada makna meminta
dilakukannya suatu perbuatan dari fa’il yang dikhithabi dengan tanpa
menggunakan bantun lam amar, seperti (جِئْ), “Datanglah.” Alamat dari fi’il
mudlari’ adalah menunjukkan pada makna permintaan dilakukannya sesuatu dengan
menggunakan sighat beserta bisa menerimanya fi’il itu pada ya’ mu’annats
mukhathabah,[3]
seperti (اِجْتَهِدِيْ يَا هِنْدُ).
No comments:
Post a Comment