Fi’il mudlari’ ketika
tersusun dalam jumlah, maka adakalanya dibaca rafa’ atau nashab atau jazem.
Alamat rafa’ fi’il mudlari’ adalah dlammah yang terlihat, seperti (يَفُوزُ الْمُتَّقُونَ) atau dikira-kirakan, seperti (يَخْشَى الْعاَقِلُ رَبَّهُ). Alamat nashabnya fi’il mudlari’ adalah
fathah yang terlihat, seperti (لَنْ اَقُولَ
اِلاَّ الْحَقَّ) atau
dikira-kirakan, seperti (لَنْ اَخْشَى اِلاَّ اللهَ). Dan alamat jazemnya adalah dengan sukun,
seperti (لَمْ يَلِدْ وَ لَمْ يُوْلَدْ).
Fi’il mudlari’
dii’rabi ketika rafa’ dengan dlamah, nashab dengan fathah dan jazem dengan
sukun adalah ketika fi’il tersebut shahih akhir dan huruf akhirnya tidak
bertemu dengan apapun (yaitu alif tatsniyyah, waw jama’ atau ya’ mu’annats
mukhathabah). Dan jika berupa fi’il yang mu’tal akhir yang huruf
akhirnya tidak bertemu dengan apapun, maka ketika jazem dialamati dengan membuang
huruf akhirnya, seperti (لَمْ يَسْعَ)
yang asalnya adalah (يَسْعَى).
Ketika huruf akhirnya bertemu dengan dlamir alif tatsniyyah, waw jama’
atau ya’ mu’annats mukhathabah, maka fi’il itu dii’rabi dengan huruf,
yaitu dengan nun ketika rafa’, seperti (يَكْتُباَنِ وَ يَكْتُبُونَ
وَ تَكْتُبِيْنَ), dan dengan
membuang nun ketika nashab dan jazem, (اِنْ يَلْزَمُوا
مَعْصِيَةَ اللهِ فَلَنْ يَفُوزُوا بِرِضَاهُ).[1]
No comments:
Post a Comment