Ketika ‘alam
ismi dan ‘alam laqab berkumpul, maka ‘alam ismi didahulukan,
seperti (هاَرُونُ الرَّشِيْدُ) dan (اُوَيْسُ الْقَرَنِي). Dan tidak ada ketertiban ketika ‘alam
kunyah berkumpul dengan ‘alam lainnya,[1]
sehingga kita ucapkan (اَبُو حَفْصٍ عُمَرُ) atau (عُمَرُ اَبُو
حَفْصٍ).
Ketika ada dua ‘alam
berkumpul pada satu orang, jika keduanya adalah mufrad, maka ‘alam
pertama diidlafahkan kepada ‘alam kedua, seperti (هَذَا خَالِدُ
تَمِيْمٍ). Dan
diperbolehkan untuk mengikutkan i’rabnya ‘alam yang kedua kepada ‘alam
pertama menjadi badalnya atau ‘athaf bayan, sehingga kita ucapkan (هَذَا خاَلِدٌ
تَمِيْمٌ). Namun, ketika
‘alam yang pertama didahului (ال), atau ‘alam yang kedua asalnya
adalah sifat yang bebarengan dengan (ال), maka diwajibkan untuk mengikutkannya,[2] (هَذَا الْحاَرِثُ
زَيْدٌ), (رَحِمَ اللهُ
هاَرُونَ الرَّشِيْدَ) dan (كاَنَ حاَتِمُ
الطَّائِي مَشْهُراً بِالْكَرَمِ).
Dan jika keduanya
adalah murakkab, atau salah satunya mufrad dan yang lainnya murakkab,
maka kita diwajibkan untuk mengikutkan ‘alam kedua kepada ‘alam
pertama dalam i’rabnya,[3]
sehingga diucapkan (جاَءَ اَبُو عَبْدِ اللهِ مُحَمَّدٌ), (رَأَيْتُ اَباَ
عَبْدِ اللهِ مُحَمَّداً) dan (مَرَرْتُ بِأَبِي
عَبْدِ اللهِ مُحَمَّدٍ).
[1] Jami’ al-Durus
al-‘Arabiyyah, juz 1 hlm. 111
[2] Jami’ al-Durus
al-‘Arabiyyah, juz 1 hlm. 111
[3] Jami’ al-Durus
al-‘Arabiyyah, juz 1 hlm. 111
No comments:
Post a Comment