Ighra’ adalah membaca nashab isim dengan
fi’il yang dibuang yang berfaidah menyenangkan atau membujuk, dan fi’il itu
dikira-kirakan sesuai dengan maqam,[1]
seperti (الْزَمْ),
(اطْلُبْ),
(افْعَلْ)
dan semisalnya. Faidah ighra’ adalah mengingatkan mukhathab pada
suatu perkara yang disukai supaya dia mau melakukannya, seperti (الإِجْتِهاَدَ
الإِجْتِهاَدَ)
“bersungguh-sungguhlah,” dan (الصِّدْقَ) “jujurlah.”
Dalam
bab ini diwajibkan untuk membuang amil, jika mughra bih diulang
atau di’athafkan, seperti (النَّجْدَةَ
النَّجْدَةَ)
dan (الْمُرُوءَةَ وَ النَّجْدَةَ). Dan diperbolehkan untuk menyebutkan amil-nya
dan membuangnya jika mughra bih tidak diulang-ulang dan tidak
di’athafkan, seperti (الْإِقْدَامَ) dan jika kita perlihatkan, maka akan
menjadi (إِلْزَمِ الْإِقْدَامَ). Terkadang mughra bih yang
diulang-ulang dibaca rafa’ menjadi khabarnya mubtada’ yang dibuang, seperti
syair,
إِنَّ
قَوماً مِنْهُمْ عُمَيْرٌ وَ أَشْباَ * هُ عُمَيْرٍ وَ مِنْهُمُ السَّفَّاحُ
لَجَدِيْرُونَ
بِالْوَفاَءِ اِذَا قاَ * لَ اَخُو النَّجْدَةِ السِّلاَحُ السِّلاَحُ
No comments:
Post a Comment