Fi’il
Mudlari’ ketika tidak kemasukan ‘amil nawashib atau ‘amil jawazim,
maka dia dihukumi rafa’ dengan dialamati dlammah yang terlihat atau
dikira-kirakan, dan amil yang merafa’kannya adalah kekosongan fi’il tersebut
dari ‘amil nawashib dan ‘amil jawazim atau yang biasa dinamakan
dengan Amil Ma’nawi Tajarrud.[1]
Perafa’an fi’il mudlari’ itu adakalanya lafdzi, seperti (يَفُوزُ الْمُتَّقُونَ), atau taqdiri, seperti (يَخْشَى الْعَاقِلُ رَبَّهُ), atau mahalli, yaitu ketika fi’il
mudlari’ dihukumi mabni, seperti (لَأَجْتَهِدَنَّ).
No comments:
Post a Comment