a.
Lafal
yang tidak bisa di-tashrif sama sekali, yaitu (دَامَ) dan (لَيْسَ), sehingga
tidak akan pernah datang dari keduanya fi’il mudlari’ dan amar.
b.
Lafal
yang bisa di-tashrif dengan tashrifan yang sempurna, dengan arti
ketiga fi’il itu bisa didatangkan dari lafal itu, yaitu (كَانَ), (اَصْبَحَ), (اَمْسَ), (اَضْحَى), (ظَلَّ), (بَاتَ) dan (صَارَ).
c.
Lafal
yang bisa di-tashrif dengan tashrifan yang tidak sempurna, dengan
arti yang bisa didatangkan dari lafal itu hanyalah fi’il madli dan mudlari’nya
saja, yaitu (زَالَ), (اِنْفَكَّ), (فَتِيءَ) dan (بَرِحَ).
Semua lafal yang
bisa tertashrif dari fi’il-fi’il tersebut bisa beramal seperti beramalnya
fi’il-fi’il tersebut, sehingga lafal itu bisa merafa’kan isim dan menashabkan
khabar, baik berupa fi’il atau sifat atau masdar, seperti (يُمْسِي
الْمُجْتَهِدُ مَسْرُوراً وَ اَمْسِ اَدِيْباً وَ كَونُكَ مُجْتَهِداً
خَيْرٌ لَكَ), namun masdar
kebanyakan di-idlafah-kan kepada isimnya, seperti (كَوْنُ الرَّجُلِ تَقِيًّا خَيْرٌ لَهُ), lafal (الرَّجُلِ) dijerkan dalam pelafalan, namun mahall-nya
rafa’, karena dia menjadi isimnya masdar naqish.
Dan jika
masdarnya fi’il naqish diidlafahkan kepada dlamir atau isim mabni
lainnya, maka isim itu mempunyai dua tempat dalam i’rab, yaitu tempat yang
dekat (yaitu jer dengan diidlafahkan) dan tempat yang jauh (yaitu dirafa’)
karena dia menjadi isimnya masdar naqish, seperti,
بِبَذْلٍ وَ حِلْمٍ
سَادَ فِي قَومِهِ الْفَتَى * وَ كَونُكَ اِياَّهُ عَلَيْكَ يَسِيْرُ
No comments:
Post a Comment