Isim ‘Alam adalah isim yang menunjukkan pada makna tertentu sesuai
dengan asal pembuatannya dan tanpa adanya qarinah.[1]
Atau dapat pula didefinisikan dengan isim yang sudah dapat menentukan pada
perkara yang dinamainya secara mutlak, sehingga ketika isim ‘alam
diucapkan maka bisa langsung menunjukkan pada sesuatu yang dimaksud dalam lafal
tersebut.[2]
Isim ‘alam
terbagi menjadi ‘alam mufrad, seperti (اَحْمَدُ), ‘alam murakkab idlafi, seperti (عَبْدُ اللهِ), ‘alam murakkab mazji, seperti (بَعْلَبَكُّ) dan ‘alam murakkab isnadi, seperti
(تَأَبَّطَ شَراًّ).[3]
Disamping itu juga isim ‘alam terbagi menjadi ‘alam ismi, ‘alam
kunyah, ‘alam laqab, ‘alam murtajal, ‘alam manqul, ‘alam
syakhshu, ‘alam jinis dan ‘alam bil ghalabah.[4]
1) ‘Alam Syakhshu
‘Alam Syakhshu, yaitu isim ‘alam yang dibuat untuk menunjukkan
pada sesuatu yang telah ditentukan didalam kenyataannya, sehingga tidak
menyentuh pada yang lainnya dari satuan-satuan jenisnya,[5]
seperti (جَعْفَرٌ).
Tidak mengapa jika ada orang punya nama yang sama, karena persamaan nama itu
terjadi dengan kebetulan tidak dari asal pembuatan.
2) ‘Alam Jinis
Alam Jinsi, yaitu isim ‘alam yang dibuat untuk sesuatu yang
tertentu didalam hati, seperti (اُسَامَةُ) macan kumbang (isim ‘alam untuk
macan). ‘Alam ini mencakup semua jenis tanpa tertentu pada satu jenis
saja. ‘Alam jinis kalau dilihat dari segi maknanya adalah nakirah,
karena tidak terkhusus pada satuannya jenisnya, namun bila dilihat dari
lafalnya adalah ma’rifat.[6]
3) ‘Alam Ismi
‘Alam Ismi, yaitu isim ‘alam yang dibuat untuk menyatakan
orang yang dinamai dengannya untuk pertama kalinya, baik nama itu menunjukkan
pada pujian atau hinaan,[7]
seperti (سَعِيْدٌ)
dan (حَنْظَلَةُ),
atau tidak menunjukkan pada pujian atau hinaan, seperti (زَيْدٌ), dan baik diawali dengan (اَبٌ) atau (اُمٌّ) atau tidak diawali dengan keduanya.
Sehingga, yang dianggap dalam menjadi namanya suatu ‘alam adalah asal
mula ‘alam itu dibuat.
4) ‘Alam Kunyah
‘Alam Kunyah, yaitu isim ‘alam yang dibuat untuk yang kedua,
artinya setelah ‘alam ismi, dan diawali dengan (اَبٌ) atau (اُمٌّ),[8]
seperti (اَبُو الْفَضْلِ)
dan (اُمٌّ كُلْثُومِ).
5) ‘Alam Laqab
‘Alam Laqab, yaitu isim ‘alam yang dibuat untuk yang ketiga,
artinya setelah ‘alam kunyah, dan menunjukkan pada pujian, seperti (اَلرَّشِيْدُ), atau hinaan, seperti (اَلْأَعْشَى), atau penisbatan terhadap kelompok atau
kabilah atau daerah, seperti ada seseorang yang dikenal dengan (اَلْهَاشِمِيُّ) atau (اَلتَّمِيْمِيُّ) atau (اَلْبَغْدَادِيُّ) atau (اَلْمِصْرِيُّ).[9]
Jadi, seseorang
yang mempunyai nama yang diawali dengan (اَبٌ) atau (اُمٌّ) dan tidak menunjukkan pada pujian atau
hinaan dan tidaklah dibuat untuknya yang lainnya, maka ‘alam itu menjadi
‘alam ismi-nya dan alam kunyah-nya. Sedangkan, orang yang
mempunyai ‘alam yang menunjukkan pada pujian atau hinaan, tidak diawali
dengan (اَبٌ) atau (اُمٌّ) dan tidak ada untuknya yang lainnya, maka
‘alam itu adalah ‘alam ismi-nya dan ‘alam laqab-nya. Dan
jika diawali dengan (اَبٌ)
atau (اُمٌّ) beserta
menunjukkan pada makna pujian atau hinaan, maka ‘alam itu adalah ‘alam
ismi-nya, ‘alam kunyah-nya dan ‘alam laqab-nya.
6) ‘Alam Murtajal
‘Alam Murtajal adalah ‘alam yang sebelum
menjadi ‘alam belum pernah digunakan untuk yang lainnya, artinya
digunakan pada awal perkaranya sudah menjadi ‘alam,[10]
seperti (عُمَرُ) dan (سُعَادُ).
7) ‘Alam Manqul
‘Alam Manqul adalah ‘alam yang dinuqil
dari yang lain yang telah didahului penggunaannya sebelum sudah diberlakukan
sebelum menjadi ‘alam.[11] ‘Alam
manqul adakalanya di-nuqil dari masdar, seperti (فَضْلٌ), atau dari isim jenis, seperti (اَسَدٌ), atau dari sifat, seperti (حاَرِثُ), atau dari fi’il, seperti (شَمَّرَ), atau dari jumlah, seperti (جَادَ الْحَقُّ).[12]
8) ‘Alam bil Ghalabah
Terkadang lafal
yang diidlafahkan kepada isim ma’rifat dan isim yang bebarengan (ال) ‘ahdiyyah bisa mengalahkan lafal
yang menyekutui keduanya dalam dilalah-nya, sehingga keduanya menjadi ‘alam
bil ghalabah yang menjadi terkhusus diantara para sekutunya dengan satu
perkara, sehingga keduanya tidak akan berpaling kepada yang lainnya, seperti (ابْنُ عَبَّاسٍ), (ابْنُ عُمَرَ), (ابْنُ ماَلِكٍ), (الْعَقَبَةُ), (الْمَدِيْنَةُ) dan (الأَلْفِيَّةُ). Semuanya adalah ‘alam karena
banyaknya penggunaan, dan semuanya bukanlah ‘alam dengan melihat asal
pembuatannya.
[1] Jami’ al-Durus
al-‘Arabiyyah, juz 1 hlm. 109
[2] Tasywiq
al-Khillan, hlm. 171
[3] Jami’ al-Durus
al-‘Arabiyyah, juz 1 hlm. 109
[4] Jami’ al-Durus
al-‘Arabiyyah, juz 1 hlm. 109
[5] Fath Rab
al-Bariyyah, hlm. 23
[6] Jami’ al-Durus
al-‘Arabiyyah, juz 1 hlm. 113
[7] Fath Rab
al-Bariyyah, hlm. 22, Jami’ al-Durus al-‘Arabiyyah, juz 1 hlm. 110
[8] Fath Rab
al-Bariyyah, hlm. 23
[9] Fath Rab
al-Bariyyah, hlm. 23
[10] Jami’ al-Durus
al-‘Arabiyyah, juz 1 hlm. 111
[11] Jami’ al-Durus
al-‘Arabiyyah, juz 1 hlm. 112
[12] Jami’ al-Durus
al-‘Arabiyyah, juz 1 hlm. 112
No comments:
Post a Comment