Ketika
kalimah fi’il atau isim fi’il bertemu dengan ya’ mutakallim, maka
diwajibkan untuk memisah diantara keduanya dengan nun yang bernama Nun Wiqayah,
karena nun tersebut yang menjaga lafal yang bersambung dengan-nya dari kasrah,[1]
kita ucapkan (اَكْرَمَنِيْ),
(يُكْرِمُنِيْ),
(اُكْرِمُنِي),
(تُكْرِمُونَنِيْ),
(اَكْرَمْتَنِيْ),
dan (اَكْرَمَتْنِيْ فَاطِمَةُ). Ketika yang bertemu dengan ya’ mutakallim
adalah kalimah huruf yang menyerupai kalimah fi’il, maka yang banyak terjadinya
adalah menetapkan nun wiqayah ketika bersama (لَيْتَ) dan membuang nun wiqayah ketika
bersama (لَعَلَّ), dan dengan-nya
lah al-Qur’an datang,[2]
seperti (ياَ لَيْتَنِيْ كُنْتُ مَعَهُمْ فَأَفُوزُ
فَوزاً عَظِيْماً) dan (لَعَلِّي اَبْلُغُ
الْأَسْبَابَ). Dan dihitung
langka membuang nun wiqayah ketika bersama (لَيْتَ) dan menetapkannya ketika bersama (لَعَلَّ), seperti,
كَمُنِيَّةِ جَابِرٍ
اِذْ قَالَ لَيْتِيْ * اُصَادِفُهُ وَ اُتْلِفُ جُلَّ ماَلِي
Dan
syair,
فَقُلْتُ
اَعِيْرَانِي الْقُدُومَ لَعَلَّنِي * اَخُطُّ بِهاَ قَبْراً لَأَبِيْضَ
مَاجِدِ
Adapun
ketika bersama (اِنَّ),
(اَنَّ) dan (لَكِنَّ), maka diper-bolehkan untuk memilih, jika
kita ingin maka kita tetapkan nun wiqayah atau membuangnya.[3]
Jika
yang bertemu dengan ya’ mutakallim adalah (مِنْ) atau (عَنْ) yang merupakan huruf jer, maka diantara
kedua-nya wajib dipisah dengan nun wiqayah, dan syadz perkataan dalam
syair berikut,[4]
اَيُّهاَ السَّائِلُ
عَنْهُمْ وَ عَنِيْ * لَسْتُ مِنْ قَيْسٍ وَ لاَ قَيْسُ مِنِيْ
Adapun
huruf jer selain keduanya, maka tidak usah dipisah dengan nun wiqayah.
[1] Jami’ al-Durus
al-‘Arabiyyah, juz 1 hlm. 118
[2] Jami’ al-Durus
al-‘Arabiyyah, juz 1 hlm. 118
[3] Jami’ al-Durus
al-‘Arabiyyah, juz 1 hlm. 119
[4] Jami’ al-Durus
al-‘Arabiyyah, juz 1 hlm. 119
No comments:
Post a Comment