Masdar
terbagi menjadi dua, yaitu masdar mubham dan masdar mukhtash. Masdar
Mubham adalah masdar yang sama dengan makna fi’ilnya tanpa diberi
tambahan atau pengurangan, namun masdar itu disebutkan hanya murni untuk
menguatkan atau taukid,[1]
seperti (قُمْتُ قِياَماً). Oleh karenanya, tidak diperbolehkan
untuk men-tatsniyyah-kan atau menjama’kannya, karena penguat menempati
peng-ulangan fi’il, dan pengganti dari fi’ilnya menempati tempatnya fi’il itu
sendiri, sehingga dia diberlakukan seperti fi’il dalam hal tidak boleh di-tatsniyyah-kan
atau dijama’kan. Masdar Mukhtash adalah masdar yang
disebutkan untuk mem-berikan faidah nau’ atau ‘adad-nya fi’il,[2]
(ضَرَبْتُ اللِّصَّ ضَرْبَتَيْنِ) dan (سِرْتُ
سَيْرَ الْعُقَلاَءِ).
Masdar
yang berfaidah ‘adad boleh ditatsniyyah dan dijama’kan dengan tanpa ada
khilaf.[3]
Sedangkan masdar yang berfaidah nau’, maka yang benar adalah boleh di-tatsniyyahkan
dan dijama’kan dengan diqiyaskan pada apa yang telah didengar darinya, seperti
(الْعُقُولُ),
(الْأَلْباَبُ),
(الْحُلُومُ)
dan lainnya, sehingga sah jika diucapkan (قُمْتُ
قِياَمَيْنِ)
dan kita menginginkan pada dua bentuk berdiri.[4]
Masdar
bisa menjadi mukhtash dengan (ال) ‘ahdiyyah, seperti (قُمْتُ
الْقِياَمَ)
yang artinya (الْقِياَمَ
الَّذِي تُعْهَدُ),
dengan (ال)
jinsiyyah, seperti (جَلَسْتُ الْجُلُوسَ) yang kita inginkan adalah jenis dan
kenakirahan, dengan mensifatinya, (سَعَيْتُ
فِي حاَجَتِكَ سَعْياً عَظِيْماً),
dan dengan mengidlafahkannya,[5]
seperti (سِرْتُ سَيْرَ الصَّالِحِيْنَ).
[1] Jami’ al-Durus
al-‘Arabiyyah, juz III hlm. 32
[2] Jami’ al-Durus
al-‘Arabiyyah, juz III hlm. 33
[3] Fath Ghafir
al-Khathiyyah, hlm. 50
[4] Jami’ al-Durus
al-‘Arabiyyah, juz III hlm. 33
[5] Jami’ al-Durus
al-‘Arabiyyah, juz III hlm. 33
No comments:
Post a Comment