Saturday, April 21, 2018

MASDAR MUBHAM DAN MASDAR MUKHTASH


Masdar terbagi menjadi dua, yaitu masdar mubham dan masdar mukhtash. Masdar Mubham adalah masdar yang sama dengan makna fi’ilnya tanpa diberi tambahan atau pengurangan, namun masdar itu disebutkan hanya murni untuk menguatkan atau taukid,[1] seperti (قُمْتُ قِياَماً). Oleh karenanya, tidak diperbolehkan untuk men-tatsniyyah-kan atau menjama’kannya, karena penguat menempati peng-ulangan fi’il, dan pengganti dari fi’ilnya menempati tempatnya fi’il itu sendiri, sehingga dia diberlakukan seperti fi’il dalam hal tidak boleh di-tatsniyyah-kan atau dijama’kan. Masdar Mukhtash adalah masdar yang disebutkan untuk mem-berikan faidah nau’ atau ‘adad-nya fi’il,[2] (ضَرَبْتُ اللِّصَّ ضَرْبَتَيْنِ) dan (سِرْتُ سَيْرَ الْعُقَلاَءِ).
Masdar yang berfaidah ‘adad boleh ditatsniyyah dan dijama’kan dengan tanpa ada khilaf.[3] Sedangkan masdar yang berfaidah nau’, maka yang benar adalah boleh di-tatsniyyahkan dan dijama’kan dengan diqiyaskan pada apa yang telah didengar darinya, seperti (الْعُقُولُ), (الْأَلْباَبُ), (الْحُلُومُ) dan lainnya, sehingga sah jika diucapkan (قُمْتُ قِياَمَيْنِ) dan kita menginginkan pada dua bentuk berdiri.[4]
Masdar bisa menjadi mukhtash dengan (ال) ‘ahdiyyah, seperti (قُمْتُ الْقِياَمَ) yang artinya (الْقِياَمَ الَّذِي تُعْهَدُ), dengan (ال) jinsiyyah, seperti (جَلَسْتُ الْجُلُوسَ) yang kita inginkan adalah jenis dan kenakirahan, dengan mensifatinya, (سَعَيْتُ فِي حاَجَتِكَ سَعْياً عَظِيْماً), dan dengan mengidlafahkannya,[5] seperti (سِرْتُ سَيْرَ الصَّالِحِيْنَ).



[1] Jami’ al-Durus al-‘Arabiyyah, juz III hlm. 32
[2] Jami’ al-Durus al-‘Arabiyyah, juz III hlm. 33
[3] Fath Ghafir al-Khathiyyah, hlm. 50
[4] Jami’ al-Durus al-‘Arabiyyah, juz III hlm. 33
[5] Jami’ al-Durus al-‘Arabiyyah, juz III hlm. 33

No comments:

Post a Comment